Tikar Mendong Tasikmalaya
Orang Tasik begitu peduli dengan kelengkapan rumahtangganya. Dengan segudang keterampilan dan segunung kreativitas, pohon mendong yang banyak ditemui sebagain kawasan selatan pulau Jawa mereka ubah menjadi aneka perangkat rumah tangga. Maka jadilah tikar, dompet, tas, keranjang tempat cucian, sandal, boks tisyu, hingga pigura. Tikar dengan anyaman yang rapih dan motif yang geometrikal dari helai-hela mendong bukan hanya bernilai fungsional bagi masyarakat awam tapi kini telah menjadi karya kerajinan yang prestise di rumah-rumah modern. Tak jarang jika tikar mendong juga dipajang di ruang hotel-hotel mentereng. Karenanya kerajinan mendong kini dibuang sayang.
Sebagai produk kerajinan yang semakin populer, mendong kini tumbuh sebagai hasil industri yang menghidupi sebagian orang Tasik. Kini tak kurang dari 158 unit usaha IKM bergerak dalam memproduksi aneka kerajinan mendong, menyerap tenaga kerja lebih dari 1859 serta memiliki nilai produksi lebih dari Rp. 26 milyar pada tahun 2002.
Kawasan yang merupakan sentra industri kerajinan mendong adalah kecamatan Tamansari dan Cibeureum. Kedua wilayah ini memang dikenal sejak dahulu dihuni orang-orang Tasik yang terampil dan kreatif. Sayangnya meningkatnya permintaan pasar memerlukan dukungan bahan baku lebih banyak lagi, padahal kawasan Tasikmalaya dan sekitarnya hanya mampu memasok mendong tak lebih dari 20% dari kebutuhan, sisanya harus didatangkan dari kawasan Jawa tengah dan Jawa Timur. Tentu saja ini merupakan peluang bisnis menarik bagi siapa pun yang berminat memasok bahan baku kerajinan mendong.
Sementara itu dari sisi pemasaran, barang kerajinan mendong telah dikenal secara nasional. Pasar utamanya adalah kota-kota besar seperti Bandung, Jakarta, yogyakarta, dan Surabaya. Bahkan kini telah merambah hingga ke mancanegara melalui pedagang-pedagang perantara yang banyka berkunjung ke kota Tasik.